Siapakah Pak Sapto dan
Bu Pikat ? Pak Sapto dan Bu Pikat adalah sepasang suami istri yang membagikakan
ilmu nya kepada saya dan teman-teman. Berungtung bagi kami mendapat kesempatan
untuk belajar mengenai difabel dengan beliau-beliau. Saya dan delapan teman
saya yang merupakan anggota KSR PMI Unit UNS memiliki rencana untuk mengadakan
sebuah kegiatan dengan teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus.
Oleh karena
itu kami ingin lebih banyak tau bagaimana berinterkasi secara wajar dengan
teman-teman difabel. Kami dikenalkan dengan Bu Pikat melalui Pak Budi, salah
satu relawan PMI di Solo. Kebetulan Bu Pikat juga merupakan relawan di PMI Solo.
Singkat cerita kami mulai menghubungi Bu Pikat dan bertemu langsung dengan
beliau. Beliau merupakan seorang fasilitator TDB (Tanggap Darurat Bencana) dan
beliau menawarkan untuk memberikan pelatihan secara gratis kepada kami.
Pelatihan ini bertujuan agar sebelum kami mengadakan sebuah acara dengan orang
difabel sebaiknya kami mengetahui tentang difabel itu sendiri dan bagaimana
berinteraksi dengan mereka. Kenapa kami sangat tertarik mengikuti pelatihan ini
? Karena kami sangat awam dengan orang difabel dan Pak Sapto dan Bu Pikat
kebetulan merupakan orang dengan kebutuhan khusus juga.
Tanggal 14 februari 2017 adalah pelatihan hari pertama yang diadakan di rumah Pak Sapto dan Bu Pikat. Kami disambut dengan sangat ramah
oleh mereka. Hari pertama diisi dengan materi Ideologi kenormalan oleh Pak
Sapto. Apa itu Ideologi Kenormalan ? Ideologi Kenormalan merupakan ajaran yang
diyakini dalam menjalani sebuah kehidupan tentang kenormalan itu sendiri.
Banyak orang yang menganggap bahwa ada orang cacat di dunia ini. Akan tetapi
sebenarnya, sesorang dikatakan menjadi menusia normal jika memilik tiga hal.
Yaitu raga, jiwa dan ruh. Nah maka dari itu tidak ada orang cacat di dunia ini.
Karena meskipun mereka memiliki kebutuhan khusus, mereka masih memenuhi ketiga
unsur tersebut. Dari pelajaran itu pikiran saya mulai terbuka dan menganggap
bahwa semua orang itu sama. Pelajaran ini membuka pikiran dan pandangan saya
terhadap teman teman difabel. Selama ini terjadi asumsi asumsi yang salah antara
orang yang merasa dirinya normal dan orang yang merasa dirinya tidak normal.
Seperti contohnya orang yang merasa dirinya normal menganggap orang difabel itu
gampang marah, atau orang difabel menganggap orang orang biasa itu orang yang
tidak bisa menerima dirinya. Oleh karena itu, antara orang difabel dan orang
yang menganggap dirinya normal tidak terjadi hbungan yang baik. Sebaiknya
hilangkan prespektif seperti itu terhadap orang difabel. Mereka sama saja dengan
kita kita. Mereka tidak akan marah tanpa alasan yang jelas. Bila mereka marah,
coba ingat ingat hal kurang pantas apa yang telah kamu lakukan kepada mereka.
Berinteraksilah sewajarnya dengan mereka layaknya kalian berinteraksi dengan
teman teman kalian.
Selanjutnya,
untuk hari kedua diisi oleh Bu Pikat dengan materi Etika Berinterasi dengan
Difabel dan Konsep Inklusi. Dari sini saya menjadi lebih paham bagaimana
memperlakukan teman-teman difabel. Entah itu dengan tuna daksa, tuna netra atau
yang lainnya. Selain itu, pemahaman saya tentang sekolah inklusi juga jauh
terbuka lebar. Selama ini banyak sekolah yang menganggap mereka sekolah inklusi
hanya karena ada siswa difabel di sekolah mereka. Padahal itu salah, inklusi
yang sebenarnya jika sekolah tersebut telah memenuhi standar standar untuk
orang difabel yang memudahkan akses siswa tersebut juga dalam hal kurikulumnya.
Lebih parah lagi ada beberapa sekolah yang menolak untuk menerima siswa difabel
karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran yang ada. Padahal setiap anak
difabel memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Mereka yang memiliki
kekurangan pada kakinya bukan berarti otaknya juga tidak mampu untuk bisa
sekolah di sekolah biasa. Mungkin, konsep inklusi ini merupakan hal rumit yang
perlu dipertimbangkan untuk dibenahi agar setiap anak difabel mendapatkan kesempatan
yang sama dalam pendidikan juga dalam kehidupan sosialnya.
Itu saja cerita tentang pengalaman saya belajar dengan
orang orang hebat seperti Pak Sapto dan Bu Pikat. Setelah pelatihan dua hari tersebut banyak hal yang
berubah dari diri saya, seperti cara saya memaknai hidup ini, juga cara pandang
saya terhadap teman-teman difabel. Semoga Pak Sapto dan Bu Pikat selalu dalam
lidungan Alloh. Aamiin.....
Mummys gold - Titanium Art - Titanium Arts
BalasHapusFrom edc titanium the Mummys ray ban titanium Gold, you'll be immersed in a mixture of bronze and copper oxide. The only gold pieces you need to citizen titanium dive watch make titanium bikes the cut will titanium tv apk need to be
za599 rieker lietuva,rieker botas,riekerpantofi,klektnederland,rieker shoes nz,flightclubaustralia,rieker femme,riekerschuhe,rieker shoes av102
BalasHapus