Udara
pagi yang sejuk menerpa wajah gadis manis yang tengah mengayuh sepedanya dengan
sekuat tenaga agar cepat sampai sekolahnya. Meski tubuhnya kecil namun gadis
yang lebih akrab dipanggil Chika itu tidak pernah mengeluh kecapekan. Dia lebih
memilih untuk bersepedahan untuk ke sekolah karena jarak rumah dengan
sekolahnya memang lumayan dekat. Apalagi saat berangkat sekolah ia begitu
menikmati momen saat sinar matahari yang masih malu malu muncul menghangati
badannya.
Chika
berjalan santai menuju kelasnya X-9. Disanalah dia bertemu teman teman yang
sangat begitu ia rindukan saat di rumah. Ia kemudian duduk di bangku depan
favoritnya saat dikelas. Kelas masih sepi, hanya ia, Rasti dan tiga teman lain
yang baru datang. Kebanyakan mereka menelungkupkan kepala ke meja untuk
bermimpi sebentar. Chika yang tidak tertarik untuk kembali bermimpi pagi itu
kemudian mencoba mengusir jenuh dengan bermain hp. Ia ingin menenggelamkan diri
dengan sosial media miliknnya.
‘’Hoi chik, senyam senyum sendiri lu. Kesambet apaan ?’’ tegur Rasti yang kemudian duduk diselah Chika. Chika memandang sesaat kearah Rasti namun kemudian pandangannya kembali pada layar hp nya.
‘’Ini
tuh liat Ras, kepoin akun dagelan emang bikin ngakak’’ jawab Chika yang masih
terpaku dengan hp nya.
‘’Lu
tau lomba poster yang diadaiin sekbid 9 gak ? kelas kita yang ngewakilin siapa
ya ?’’ tanya Rasti yang kemudian merebut hp dari tangan Chika.
‘’Ah
eluu, balikin sini hp gue’’ Chika cemberut dan mencoba merebut hp nya kembali.
‘’Bentar
dah dengerin gue ngomong. Kelas kita yang ngewakilin lomba poster siapa ?’’
‘’Gue
gak tau Rastiiii, salah orang lu tanya begituan sama gue. Tanya Pak Ketua
dong..’’ Chika segera mengambil hp nya dari gengganman Rasti. Bersamaan dengan
itu kelas mulai rami. Teman-teman Chika sudah banyak yang datang. Banyak dari
mereka yang mulai bercanda dan tertawa bersama. Kemudian Alif Ketua Kela X-9
maju kedepan kelas dan semua murid pun terdiam.
‘’Teman-teman,
kalian pasti sudah pada tau tentang lomba logo kelas yang diadain sekbid 9. Dan
berita bahagia untuk kalian kalau Kevin sudah buatin logo untuk dilombakan dari
kelas kita’’ dengan tenang dan berwibawa Alif memulai pembicaraan.
‘’Asyyyiiikkkkk’’
‘’Hore’’ ‘’Sip dah’’ Saut saut ramai dari seluruh siswa menggema di kelas.
‘’Bentar jangan seneng
dulu, karena Kevin nanti siang sepulang sekolah ada acara jadi dia gak bisa
buat presentasiin logo nya. Dan gue kebetulan juga gak bisa mewakilin buat
presentasi karena gue juga Kevin ada acara pramuka. Jadi siapa yang sukarela
buat mewakilin kelas kita presentasi ?’’ tanya
Alif yang membuat setiap siswa menggelengkan kepala.
‘’Chika tuh, dia pasti
nganggur abis pulang sekolah!’’ celetuk Geovani
‘’Eh ogah ngapain gue,
gue ada urusan pribadi juga’’ tolak Chika dengan sewot.
‘’Eh iya lu kan jago
main gitar, jadi jago lah buat presentasi’’ timpal salah satu teman Chika.
Semua mata kemudian memandang Chika dengan penuh harap. Namun Chika masih
dengan ego nya tetap tidak mau untuk mewakili kelasnya.
‘’Gak ada hubungannya
kale main gitar sama presentasi. Pokoknya titik gue nggak mau’’ Chika yang
kesal karena dipaksa mukanya menjadi merah padam. ‘Yakale lu mau ganggu waktu
tidur siang gue’ batin Chika
Alif yang melihat emosi
Chika segera meredam suasana. Ia kemudian mengahampiri Chika dan memohon dengan
sangat sopan padanya. Chika yang tak bisa menolak permintaan pak ketua kelasnya
akhirnya mengiyakan permintaan Alif, namun dia meminta satu teman untuk
mendampinginya. Karena saat itu yang duduk disampingnya Rasti, Alif menyuruh
rasti untuk menemani Chika.
‘’Makasih ya Chik, Ras
udah mau wakilin kelas kita. Yang semangat presentasinya ya !’’ Alif dengan
senyum lebar menyeamngati Chika dan Rasti
‘Gua gak semangat ! ini
pemaksaan !!!!!!!!’ balas Chika dalam hatinya.
******
Dengan
langkah tak bersemangat Chika dan Rasti berjalan beriringan menuju Aula tempat
diadaknnya presentasi.
‘’Lu
kok mau sih waktu disuruh sama Alif ?’’ tanya Rasti yang penasaaran kenapa
Chika bisa mengubah pikirannya secepat itu.
‘’Lu
ggak liat ya tampang seisi kelas tadi ? Kayak gua pernah punya utang pulsa sama
mereka. Tapi ya gimana lagi, gua mah gak tegaan. Demi kelas tercinta. Lu sendiri
kenapa mau nemenin gue ?’’ kelakar Chika penuh semangat
‘’Yah
abis gue kasian sama tampang melas lo’’ canda Rasti yang kemudian lari meninggalkan
Chika yang sudah bersiap mencubit lengan Rasti.
‘’Eh
Rastiiiii... awas ya lo ‘’ teriak Chika dan berlari menyusul Rasti.
*****
Aula
telah penuh dengan para sswa yang akan mewakili kelasnya masing-masing. Chika
dan Rasti memilih untuk duduk di bangku belakang. Kemudianselang beberapa menit
acar di mulai. Panitia memberikan arahan tentang tata tertib presentasi. Setiap
kelas diberi waktu 10 menit untuk mempresentasikan logo dari kelas
masing-masing. Panitia lalu memberikan lotre untuk dibagikan kepada peserta.
Kemudian peserta yang belum saat nya tampil dipersilahkan menunggu diluar
ruangan. Chika yang mendapat nomor urut tiga bergegas untuk meninggalkan
ruangan. Namun tiba-tiba pandangannya terpaku pada sesorang yang tengah
memberikan instruksi.
‘’Mohon
perhatiannya untuk peserta nomor satu dimohon segera mempersiapkan presentasi’’
teriak salah satu panitia. Suara itu membuat tatapan Chika beku. Entah kenapa
Chika tak henti hentinya mencuri pandang kepada salah seorang panitia itu. Ia
mengamati orang itu dari atas kepala hingga . Jantungnya berdegup lebih kencang
dari sebelumnya.
‘Itu
kacamatanya bikin dia tambah keren’’ bisiknya pada dirinya sendiri. Chika yang
sedari tadi melongo menatap orang itu kaget ketika Rasti menggadeng tangannya
untuk segera keluar ruangan. Dengan berat hati ia alihkan pandangannya pada
sosok yang telah membuatnya gugup seperti sekarang.
‘’Ras,
tadi siapa sih yang didepan ?’’ tanya Chika penasaran
‘’Yang
mana ? banyak tuh tadi di depan. Yang pasti mereka semua panitianya.’’
‘’Yang
tadi pakek kacamata yang barusan ngomong.’’ Chika yanng masih pensaran terus
bertanya pada Rasti, berharap ia tau sesuatu tentang orang itu.
‘’Anak
cowok yang kecil badannya ? ih kenape lu nanya nanya tentang dia ?’’ goda Rasti
‘’Iya
yang kecil itu, kok keren ya dianya ? apalagi pas lengan seragamnya dilipet
tadi. Aku jadi penasaran dia kelas apa. Kalo dari penampilannya kayaknya dia
seangkatan kita.’’ Ceroco Chika panjang lebar.
‘’Cie
cie yang lagi kesengsem. Awas jangan lupain presentasinya. Sekarang fokus
presentasinya aja deh dulu’’ perkataan Rasti kemudia di iyakan oleh Chika
dengan satu anggunkan kepala. Namun tetap saja rasa penasarannya sama orang itu
terus menjadi jadi. Ia tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mencari tau
tentangnya.
Tibalah
saat Chika dan Rasti mempresentasikan logo dari kelas mereka. Mereka dengan
sungguh sungguh mempresentasikan logonya. Chika sesaat lupa tentang orang itu.
Setelah akhir presentasinya. Chika tak lupa untuk sedkedar mencuri pandang
orang itu. Dilihatnya bedge kelas seragamnya. Disana tertulis X-6, Chika
kemudian senyum senyum sendiri karena telah mendapatkan secuil informasi
tentang orang itu.
*****
Hari
hari Chika benar benar dihabiskan untuk menggali informasi tentang salah satu
angota OSIS yang telah menngambil hatinya. Ia menjelajah dari satu sosmed ke
sosmed lainnya. Belakangan ia ketahui nama anak cowok itu adalah Reno. Ia
mendapatkan nama itu dari bantuan teman teman sekelasnya. Ia benar benar tak
tahan untuk tidak cerita ke temannya tentang rasa sukanya pada salah satu
anggota OSIS itu. Alhasil teman teman nya pun mulai menggodanya tentang anak
itu. Namun berkat bantuan teman temannya ia berhasil mendapatkan sebuah nama
yang amat berarti untuknya.
Reno
Conansyah. Nama itu sudah dua minggu mengisi pikirannya. Ia mulai mencari
berbagai sosial media yang dimiliki Reno. Ia juga dengan berani mengirimi
permintaan pertemanan di Facebook Reno. Tak banyak foto yang diunggah Reno
membuat Chika semakin penasaran.
Pagi
itu ketika Reno melewati depan kelasnya semua temannya lalu berteriak menggoda
Chika. Chika yang sangat senang dapat melihat wajah Reno mengabaikan celoteh
teman temanya.
‘’Duh
keren ya, kok tambah ganteng aja sih dia’’ gumam Chika
‘’Yaelah
ni anak, jangan ngelamunin dia terus. Yuk cpet ganti baju olahraga. Kata Alif
hari ini olahraganya senam lantai.’’ Rasti menepukpundak Chika untuk yang
mendengar Chika terus memuji Reno. Hari ini pelajaran olahraga untuk kelasnya
yaitu senam lantai. Semua iswa sudah berganti pakaian dan Alif mengumumkan
kalau senam lantai akan diajarkan pada ruang OSIS. Ruang OSIS yang biasa
digunakan guru olahraga untuk mengajarkan materinya yang membutuhkan ruang tertutup.
Maklum lah gedung olahraga tengah dalam proses pembanguna di sekolah Chika.
Jadi dugunakanlah ruang OSIS sebagai tempat pembelajaran.
Pintu
ruang OSIS telah dibuka Pak Gunawan. Pak Gunawan guru olahraga Chika kemudian
menyuruh masuk seluruh muridnya. Ruangan yang tidak terlalu besar itu menjadi
base camp anak OSIS. Disana ada sebuah
papan tulis yang tidak terlalu besar, beberapa kursi dan meja, lemari, serta
beberapa pajangan piala. Pak Gunawan kemudian memberikan contoh tentang salah
satu gerakan senam lantai. Chika yang tengah bosan menyapukan pandangannya pada
seluruh ruangan itu. Matanya kemudia berhenti pada papan tulis yang penuh
dengan tulisan nama-nama anggota OSIS beserta nomer HP nya. Dibacanya barisan
nama di Sekbid 9.
RENO (X-6) 085123456789
Chika
girang bukan kepalang, ia telah mencari cari nomor Reno dari dulu namun belum
juga mendapatkannya. Dan disini ia bisa mendaptakan nomor Reno tanpa susah
payah. Otaknya dengan cekatan menghapal
nomor Reno. Mood Chika seketika menjadi baik untuk mengikuti pelajaran
olahraga.
‘’Chik
tuh nomor Reno ada di papan tulis’’ Yeyen teman Chika memberitahunya tentang
tulisan yang telah Chika lihat sebelumnya.
‘’Iya
nih, dah gue hafal nomornya 085123456789 kan ??’’ ia mengeja nomer itu tanpa
salah dan Yeyen tersenyum tipis kemudian perhatiaannya kemabli pada temannya
Handi yang tengah mencoba senam lantai.
******
Chika
bersorak riang di dalam kamarnya. Nomor Reno sudah ia simpan di kontak hp nya.
Ia ragu apakah ia harus mengiris sms dulu atau tidak. Tapi Chika benar benar
tidak tahan untuk mengabaikan nomor Reno di HP nya.
‘’Chik,
giila ini nomor Reno. Setelah sekian lama lo lakuin segala cara untuk dapetin
nomor ini masak lo anggurin gitu aja ?’’ guman Chika pada dirinya sendiri.
Chika membulatkan tekad untuk mengirim pesan pada Reno. Jari tangan Chika
kemudian lihai mengetik pesan untuk Reno.
Hi
Reno, ini gw Chika
Chika
membca ulang pesannya. Namun dengan buru buru ia hapus pesan itu. Ia tak
mungkin mengirim pesan seperti itu, terlalu berlebihan pikirnya.
Hai
J
Dihapusnya
lagi pesan singkat itu. Chika sangat bingung bagaimana memulai percakpan dengan
Reno. Tiba tiba sebuah ide konyol melintas di kepalanya. Buru buru jari jari
mungilnya mengetik kata yang akana dikirim pada Reno
Ras,
novel apa yg lg bagus akhir akhir ini ? gw lg butuh bacaan bagus nih. Bls c4
yaw
Setelah
Chika membaca berulang kali pesan yang ia ketik itu, ia kemudian memencet
tombol send di hp nya. Cling, pesan terkirim ke Reno. Chika gugup membayangkan
bagaimana Reno akan membalas pesan ngawurnya itu. Berulang kali Chika mengecek
hp nya, berharap Reno akan membalas pesannya. Tapi sudah satu jam ia belum juga
mendapat balasan sms. Chika mulai putus asa. Drrrttttt....Drrtttt.. Hp jika
bergetar. Dengan cekatan ia membuka pesan yang ia harapkan dari Reno.
Maaf
ini siapa ? salah nomer ya ?
Chika girang bukan kepalang, berkali kali ia membaca
ulang balasan dari Reno dambaan hatinya. Ia berpikir bagaiman membalas pesan
tersebut.
Ini
bukannya nomer Rasti ??
Jantung Chika berdegup sangat kencang, ia ragu
apakah Reno akan membalas lagi sms nya. Namun ternyata keberuntungan kembali
didapatnya.
Bukan.
Chika tersenyum membaca balasan Reno yang super
singkat.Ia tak pantang menyerah untuk terus mendekati Reno
Kalau
bukan Rasti km sp ?
Km
dpt nomorku dr sp ? balas Reno
Aku
dapet dari Rasti sendiri, mungkin dia salah bicara ato aku yg slah nyatat. Km
sp ?
Chika tersenyum sendiri membaca ketikan sms nya, Ia
berbohongan tentang semua itu
Reno,
km ?
Chika,
km sekolah dmn ?
Tak disangka sms sms dari
Chika terus di balas oleh Reno, mereka kemudian bertanya satu sama lain, mulai
dari hobi sampai hal hal yang tidak penting.Setiap hari mereka berkirim pesan,
hal itu benar benar diluar dugaan Chika, Reno sangat ramah dan perhatian
terhadapnya. Tak jarang Reno terus
menggoda Chika dengan puisi yang romantis. Mereka juga sering berpapasan ketika
di sekolah dan saling bertukar senyum.
Chika benar benar tak tahan dengan manisnya senyum Reno.
6 Februari tiba hari
itu sangat spesial bagi Chika, hari dimana ia dilahirkan. Ia sangat berharap
Reno tau ultahnya. Namun sampai lama berganti pagi tak ada sms ucapan selamat
ultah dari Reno.
Ni anak kenapa sms nya
gak ucapin aku ultah ya ?? Chika yang merasa sebal tidak membalas sms dari
Reno.
******
Ternyata
benar sampai seminggu berlalu Reno tak pernah sekalipun membahas hari lahir
Chika.
Nanti
pulang sekolah ketemu yuk !
Chika membaca sms dari
Reno saat istirahat. Ia sampai loncat loncat karena senang. Ini pertemuan
pertamanya dengannya. Buru buru ia membalas pesan dari Reno itu, ia takut Reno
akan berubah pikiran.
OK.
Chika
sebenarnya sudah tidak konsen dengan pelaajaran setelah sms dari Reno tadi.
Pikirannya terus melayang memikirkan pertemuan pertamanya. Ia merahasiakan
janjiannya dengan Reno dari teman teman nya. Chika takut teman teman nya akan
mmbuat gaduh saat ia bertemu Reno. Bel pulang telah berbunyi, hati Chika tak
karuan rasanya.
‘’Ayuk
Chik ke parkiran’’ Rasti yang tidak mengetahui janjian tenatang janjian Chika dengan Reno mengajak
Chika untuk bareng ke parkiran.
‘’Nggak
Ras, kamu duluan aja. Aku masih mau makai wi-fi disini’’ ucap Rasti yang
menetupi perihal janjian nya dengan Reno. Rasti kemudian pamit dan keluar
kelas. Tinggalah Chika sendirian di kelas. Ia lalu bergegas keluar kelas.
Sekolah
sudah sepi, Chika berjalan cepat menuju tempat janjiannya dengan Reno, di dekat
tangga sekolah. Ternyata Reno sudah ada di sana. Chika tersenyum menutupi
kegugupannya.
‘’Sudah
lama nunggunya ? Maaf ya nunggu sepi’’ kata
Chika
‘’Nggak
kok, baru aja. Maaf ganggu waktu kamu pulang’’ jawab Reno
‘’Nggak
kok nggak ngganggu, ada apa ya ngajak ketemu ?’’ tanya Chika yang dari tadi
penasarran alasan Reno mengajaknya ketemu. Chika tau Reno saat ini juga sangat
malu untuk bertemu dengannya sama seperti perasaannya saat ini.
‘’Selamat
ulangtahun Chik, Ini kado buat kamu’’ Sebuah kotak yang telah dibungkus rapi
keluar dari tas Reno. Chika tak menyangka hal ini akan terjadi padanya. Seorang
Reno pujaan hatinya memberika kado ulangtahun untuknya, meski telat selama
seminggu lamanya ia sangat mengahrgai kado dari Reno.
‘’Makasih
banya No, kamu kok repot repot banget beliin kado segala. Tapi kamu tau gak sih
kalau dah telat seminggu ??’’ tanya Chika yang sebelumnya kesal karena Reno tak
pernah sekalipun mengucapkan selamat padanya.
‘’Aku
tau kok, aku Cuma pengen jadi terakhir yang ngucapin ke kamu’’ balas Reno
Reno
memang spesial ia mampu membuat Chika dimabuk asmara, tingkahnya yang begitu
manis pada Chika membakar api cinta di hati Chika. Chika tak pernah menyangka
awal sms iseng nya akan ditanggapi Reno sampai sejauh ini.
Chika
segera membuka kado dari Reno di kamarnya. Kertas kado itu dibukanya pelan
pelan agar bisa disimpannya. Sebuah komik Conan yang merupakan hadian dari Reno
itupun dipeluknya. Pelukan itu menghantarkan Chika ke alam mimpi.
Chika
terbangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpinya terlihat Reno berjalan
meninggalkannya. Bahkan bayang Renno pun tak mau menemai Chika. Ia menangis
tersedu sedu dan hanya bisa berharap mimpinya tak akan menjadi kenyataan.
******
Tak
seperti apa yang diharapan Chika. Reno yang biasanya sering menghubunginya,
kini bak hilang ditelan bumi. Chika merasa bahwa Reno sengaja menghindari
Chika. Setiap mereka tak sengaja berpapasan, Reno selalu membuang muka. Chika
pun ragu untuk bertanya alasan Reno berubah seperti itu. Setiap SMS atau telepon dari Chika tak pernah
dibalas oleh Reno. Sampai pada suatu hari, handphone Chika bergetar. Reno
menelpon Chika.
‘’Halo Chika’’ Chika
yang mendengarkan suara yang amat dirindukannya itupun lega, karena Reno
terdengar baik baik saja.
‘’Kamu darimana aja
kemarin ? Kenapa dua minggu menghilang” tanya Chika tanpa basa basi.
‘’Maaf aku bikin kamu
kepikiran, aku nelepon kamu buat bilang jangan mikirin aku lagi, aku..’’
‘’Stop, maksud kamu apa
? kamu pengen pergi dari aku ?’’ Chikapun terisak karna tak tahan dengan rasa
kesalnya.
‘’Bukan begitu Chik,
aku cuma pengen kamu fokus sama sekolahmu dulu. Berusaha buat raih cita cita
kamu. Aku pengen kita bertemu lagi saat kita berdua sudah benar benar siap.’’ Jelas
Reno.
‘’Aku ga mengerti
alasan kamu itu. Tapi asal kamu tau, aku punya keinginan buat meraih cita cita
itu bareng kamu. Tapi kenapa kamu malah pergi Ren ?’’
“Maaf Chik, menurutku
itu yang terbaik untuk kita saat ini. Aku akan menunggu kamu di masa depanku.’’
Reno pun langsung memutus saluran telepon itu.
Chika menangis terisak
mendengar keputusan sepihak dari Reno itu. Chika terus berpikir apa maksud Reno
yang akan menunggunya di masa depan. Chika pun terus menjaga perasaannya untuk
Reno sampai pada akhirnya ia menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Gilang.
Ya. Cowok yang selama ini ternyata menaruh perhatian kepada Chika. Gilang yang
terus memberikan perhatian pada Chika itu meluluhkan hati Chika.
******
Chika dan Gilang yang
berjalan berdua di lorong kelas berbincang dengan asyiknya. Mereka yang sedang
istirahat berencana untuk ke kantin mengisi perut yang kosong. Chika bahagia
bersama Gilang. Namun diakui separuh hatinya berkata lain. Chika melewati kelas
Reno tanpa menoleh sedikitpun. Tiba tiba keluarlah Reno dan teman cowoknya dari
kelas itu. Chika masih berharap bahwa Reno akan menyapanya. Namun Nihil. Hanya
ekspresi dari Reno yang tak terbaca yang didapat Chika. Gilang yang melihat
Reno sgera menggandeng tangan Chika erat. Gilang seolah menunjukkan bahwa Chika
tak perlu risau karna ada Gilang bersamanya. Entahlah, Chika dengan perasaan
barunya seolah berkata bahwa ia baik baik saja dengan Gilang. Jikalau esok hari
Reno datang pun Chika juga tidak akan menyerahkan hatinya semudah itu. Biarlah
waktu kan menjawab segala pertanyaaan yang ada di benak Chika selama ini.
-END-
0 komentar:
Posting Komentar