Minggu, 22 Januari 2017

DETAK

            Udara pagi yang sejuk menerpa wajah gadis manis yang tengah mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga agar cepat sampai sekolahnya. Meski tubuhnya kecil namun gadis yang lebih akrab dipanggil Chika itu tidak pernah mengeluh kecapekan. Dia lebih memilih untuk bersepedahan untuk ke sekolah karena jarak rumah dengan sekolahnya memang lumayan dekat. Apalagi saat berangkat sekolah ia begitu menikmati momen saat sinar matahari yang masih malu malu muncul menghangati badannya.
            Chika berjalan santai menuju kelasnya X-9. Disanalah dia bertemu teman teman yang sangat begitu ia rindukan saat di rumah. Ia kemudian duduk di bangku depan favoritnya saat dikelas. Kelas masih sepi, hanya ia, Rasti dan tiga teman lain yang baru datang. Kebanyakan mereka menelungkupkan kepala ke meja untuk bermimpi sebentar. Chika yang tidak tertarik untuk kembali bermimpi pagi itu kemudian mencoba mengusir jenuh dengan bermain hp. Ia ingin menenggelamkan diri dengan sosial media miliknnya.
           
‘’Hoi chik, senyam senyum sendiri lu. Kesambet apaan ?’’ tegur Rasti yang kemudian duduk diselah Chika. Chika memandang sesaat kearah Rasti namun kemudian pandangannya kembali pada layar hp nya.
            ‘’Ini tuh liat Ras, kepoin akun dagelan emang bikin ngakak’’ jawab Chika yang masih terpaku dengan hp nya.
            ‘’Lu tau lomba poster yang diadaiin sekbid 9 gak ? kelas kita yang ngewakilin siapa ya ?’’ tanya Rasti yang kemudian merebut hp dari tangan Chika.
            ‘’Ah eluu, balikin sini hp gue’’ Chika cemberut dan mencoba merebut hp nya kembali.
            ‘’Bentar dah dengerin gue ngomong. Kelas kita yang ngewakilin lomba poster siapa ?’’
            ‘’Gue gak tau Rastiiii, salah orang lu tanya begituan sama gue. Tanya Pak Ketua dong..’’ Chika segera mengambil hp nya dari gengganman Rasti. Bersamaan dengan itu kelas mulai rami. Teman-teman Chika sudah banyak yang datang. Banyak dari mereka yang mulai bercanda dan tertawa bersama. Kemudian Alif Ketua Kela X-9 maju kedepan kelas dan semua murid pun terdiam.
            ‘’Teman-teman, kalian pasti sudah pada tau tentang lomba logo kelas yang diadain sekbid 9. Dan berita bahagia untuk kalian kalau Kevin sudah buatin logo untuk dilombakan dari kelas kita’’ dengan tenang dan berwibawa Alif memulai pembicaraan.
‘’Asyyyiiikkkkk’’ ‘’Hore’’ ‘’Sip dah’’ Saut saut ramai dari seluruh siswa menggema di kelas.
‘’Bentar jangan seneng dulu, karena Kevin nanti siang sepulang sekolah ada acara jadi dia gak bisa buat presentasiin logo nya. Dan gue kebetulan juga gak bisa mewakilin buat presentasi karena gue juga Kevin ada acara pramuka. Jadi siapa yang sukarela buat mewakilin kelas kita presentasi ?’’ tanya  Alif yang membuat setiap siswa menggelengkan kepala.
‘’Chika tuh, dia pasti nganggur abis pulang sekolah!’’ celetuk Geovani
‘’Eh ogah ngapain gue, gue ada urusan pribadi juga’’ tolak Chika dengan sewot.
‘’Eh iya lu kan jago main gitar, jadi jago lah buat presentasi’’ timpal salah satu teman Chika. Semua mata kemudian memandang Chika dengan penuh harap. Namun Chika masih dengan ego nya tetap tidak mau untuk mewakili kelasnya.
‘’Gak ada hubungannya kale main gitar sama presentasi. Pokoknya titik gue nggak mau’’ Chika yang kesal karena dipaksa mukanya menjadi merah padam. ‘Yakale lu mau ganggu waktu tidur siang gue’ batin Chika
Alif yang melihat emosi Chika segera meredam suasana. Ia kemudian mengahampiri Chika dan memohon dengan sangat sopan padanya. Chika yang tak bisa menolak permintaan pak ketua kelasnya akhirnya mengiyakan permintaan Alif, namun dia meminta satu teman untuk mendampinginya. Karena saat itu yang duduk disampingnya Rasti, Alif menyuruh rasti untuk menemani Chika.
‘’Makasih ya Chik, Ras udah mau wakilin kelas kita. Yang semangat presentasinya ya !’’ Alif dengan senyum lebar menyeamngati Chika dan Rasti
‘Gua gak semangat ! ini pemaksaan !!!!!!!!’ balas Chika dalam hatinya.
******
            Dengan langkah tak bersemangat Chika dan Rasti berjalan beriringan menuju Aula tempat diadaknnya presentasi.
            ‘’Lu kok mau sih waktu disuruh sama Alif ?’’ tanya Rasti yang penasaaran kenapa Chika bisa mengubah pikirannya secepat itu.
            ‘’Lu ggak liat ya tampang seisi kelas tadi ? Kayak gua pernah punya utang pulsa sama mereka. Tapi ya gimana lagi, gua mah gak tegaan. Demi kelas tercinta. Lu sendiri kenapa mau nemenin gue ?’’ kelakar Chika penuh semangat
            ‘’Yah abis gue kasian sama tampang melas lo’’ canda Rasti yang kemudian lari meninggalkan Chika yang sudah bersiap mencubit lengan Rasti.
            ‘’Eh Rastiiiii... awas ya lo ‘’ teriak Chika dan berlari menyusul Rasti.
*****
            Aula telah penuh dengan para sswa yang akan mewakili kelasnya masing-masing. Chika dan Rasti memilih untuk duduk di bangku belakang. Kemudianselang beberapa menit acar di mulai. Panitia memberikan arahan tentang tata tertib presentasi. Setiap kelas diberi waktu 10 menit untuk mempresentasikan logo dari kelas masing-masing. Panitia lalu memberikan lotre untuk dibagikan kepada peserta. Kemudian peserta yang belum saat nya tampil dipersilahkan menunggu diluar ruangan. Chika yang mendapat nomor urut tiga bergegas untuk meninggalkan ruangan. Namun tiba-tiba pandangannya terpaku pada sesorang yang tengah memberikan instruksi.
            ‘’Mohon perhatiannya untuk peserta nomor satu dimohon segera mempersiapkan presentasi’’ teriak salah satu panitia. Suara itu membuat tatapan Chika beku. Entah kenapa Chika tak henti hentinya mencuri pandang kepada salah seorang panitia itu. Ia mengamati orang itu dari atas kepala hingga . Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.
            ‘Itu kacamatanya bikin dia tambah keren’’ bisiknya pada dirinya sendiri. Chika yang sedari tadi melongo menatap orang itu kaget ketika Rasti menggadeng tangannya untuk segera keluar ruangan. Dengan berat hati ia alihkan pandangannya pada sosok yang telah membuatnya gugup seperti sekarang.
            ‘’Ras, tadi siapa sih yang didepan ?’’ tanya Chika penasaran
            ‘’Yang mana ? banyak tuh tadi di depan. Yang pasti mereka semua panitianya.’’
            ‘’Yang tadi pakek kacamata yang barusan ngomong.’’ Chika yanng masih pensaran terus bertanya pada Rasti, berharap ia tau sesuatu tentang orang itu.
            ‘’Anak cowok yang kecil badannya ? ih kenape lu nanya nanya tentang dia ?’’ goda Rasti
            ‘’Iya yang kecil itu, kok keren ya dianya ? apalagi pas lengan seragamnya dilipet tadi. Aku jadi penasaran dia kelas apa. Kalo dari penampilannya kayaknya dia seangkatan kita.’’ Ceroco Chika panjang lebar.
            ‘’Cie cie yang lagi kesengsem. Awas jangan lupain presentasinya. Sekarang fokus presentasinya aja deh dulu’’ perkataan Rasti kemudia di iyakan oleh Chika dengan satu anggunkan kepala. Namun tetap saja rasa penasarannya sama orang itu terus menjadi jadi. Ia tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mencari tau tentangnya.
            Tibalah saat Chika dan Rasti mempresentasikan logo dari kelas mereka. Mereka dengan sungguh sungguh mempresentasikan logonya. Chika sesaat lupa tentang orang itu. Setelah akhir presentasinya. Chika tak lupa untuk sedkedar mencuri pandang orang itu. Dilihatnya bedge kelas seragamnya. Disana tertulis X-6, Chika kemudian senyum senyum sendiri karena telah mendapatkan secuil informasi tentang orang itu.
*****
            Hari hari Chika benar benar dihabiskan untuk menggali informasi tentang salah satu angota OSIS yang telah menngambil hatinya. Ia menjelajah dari satu sosmed ke sosmed lainnya. Belakangan ia ketahui nama anak cowok itu adalah Reno. Ia mendapatkan nama itu dari bantuan teman teman sekelasnya. Ia benar benar tak tahan untuk tidak cerita ke temannya tentang rasa sukanya pada salah satu anggota OSIS itu. Alhasil teman teman nya pun mulai menggodanya tentang anak itu. Namun berkat bantuan teman temannya ia berhasil mendapatkan sebuah nama yang amat berarti untuknya.
            Reno Conansyah. Nama itu sudah dua minggu mengisi pikirannya. Ia mulai mencari berbagai sosial media yang dimiliki Reno. Ia juga dengan berani mengirimi permintaan pertemanan di Facebook Reno. Tak banyak foto yang diunggah Reno membuat Chika semakin penasaran.
            Pagi itu ketika Reno melewati depan kelasnya semua temannya lalu berteriak menggoda Chika. Chika yang sangat senang dapat melihat wajah Reno mengabaikan celoteh teman temanya.
            ‘’Duh keren ya, kok tambah ganteng aja sih dia’’ gumam Chika
            ‘’Yaelah ni anak, jangan ngelamunin dia terus. Yuk cpet ganti baju olahraga. Kata Alif hari ini olahraganya senam lantai.’’ Rasti menepukpundak Chika untuk yang mendengar Chika terus memuji Reno. Hari ini pelajaran olahraga untuk kelasnya yaitu senam lantai. Semua iswa sudah berganti pakaian dan Alif mengumumkan kalau senam lantai akan diajarkan pada ruang OSIS. Ruang OSIS yang biasa digunakan guru olahraga untuk mengajarkan materinya yang membutuhkan ruang tertutup. Maklum lah gedung olahraga tengah dalam proses pembanguna di sekolah Chika. Jadi dugunakanlah ruang OSIS sebagai tempat pembelajaran.
            Pintu ruang OSIS telah dibuka Pak Gunawan. Pak Gunawan guru olahraga Chika kemudian menyuruh masuk seluruh muridnya. Ruangan yang tidak terlalu besar itu menjadi base camp anak OSIS. Disana ada  sebuah papan tulis yang tidak terlalu besar, beberapa kursi dan meja, lemari, serta beberapa pajangan piala. Pak Gunawan kemudian memberikan contoh tentang salah satu gerakan senam lantai. Chika yang tengah bosan menyapukan pandangannya pada seluruh ruangan itu. Matanya kemudia berhenti pada papan tulis yang penuh dengan tulisan nama-nama anggota OSIS beserta nomer HP nya. Dibacanya barisan nama di Sekbid 9.
            RENO (X-6) 085123456789
            Chika girang bukan kepalang, ia telah mencari cari nomor Reno dari dulu namun belum juga mendapatkannya. Dan disini ia bisa mendaptakan nomor Reno tanpa susah payah.  Otaknya dengan cekatan menghapal nomor Reno. Mood Chika seketika menjadi baik untuk mengikuti pelajaran olahraga.
            ‘’Chik tuh nomor Reno ada di papan tulis’’ Yeyen teman Chika memberitahunya tentang tulisan yang telah Chika lihat sebelumnya.
            ‘’Iya nih, dah gue hafal nomornya 085123456789 kan ??’’ ia mengeja nomer itu tanpa salah dan Yeyen tersenyum tipis kemudian perhatiaannya kemabli pada temannya Handi yang tengah mencoba senam lantai.
******
            Chika bersorak riang di dalam kamarnya. Nomor Reno sudah ia simpan di kontak hp nya. Ia ragu apakah ia harus mengiris sms dulu atau tidak. Tapi Chika benar benar tidak tahan untuk mengabaikan nomor Reno di HP nya.
            ‘’Chik, giila ini nomor Reno. Setelah sekian lama lo lakuin segala cara untuk dapetin nomor ini masak lo anggurin gitu aja ?’’ guman Chika pada dirinya sendiri. Chika membulatkan tekad untuk mengirim pesan pada Reno. Jari tangan Chika kemudian lihai mengetik pesan untuk Reno.
            Hi Reno, ini gw Chika
            Chika membca ulang pesannya. Namun dengan buru buru ia hapus pesan itu. Ia tak mungkin mengirim pesan seperti itu, terlalu berlebihan pikirnya.
            Hai J
            Dihapusnya lagi pesan singkat itu. Chika sangat bingung bagaimana memulai percakpan dengan Reno. Tiba tiba sebuah ide konyol melintas di kepalanya. Buru buru jari jari mungilnya mengetik kata yang akana dikirim pada Reno
            Ras, novel apa yg lg bagus akhir akhir ini ? gw lg butuh bacaan bagus nih. Bls c4 yaw
            Setelah Chika membaca berulang kali pesan yang ia ketik itu, ia kemudian memencet tombol send di hp nya. Cling, pesan terkirim ke Reno. Chika gugup membayangkan bagaimana Reno akan membalas pesan ngawurnya itu. Berulang kali Chika mengecek hp nya, berharap Reno akan membalas pesannya. Tapi sudah satu jam ia belum juga mendapat balasan sms. Chika mulai putus asa. Drrrttttt....Drrtttt.. Hp jika bergetar. Dengan cekatan ia membuka pesan yang ia harapkan dari Reno.
            Maaf ini siapa ? salah nomer ya ?
Chika girang bukan kepalang, berkali kali ia membaca ulang balasan dari Reno dambaan hatinya. Ia berpikir bagaiman membalas pesan tersebut.
            Ini bukannya nomer Rasti ??
Jantung Chika berdegup sangat kencang, ia ragu apakah Reno akan membalas lagi sms nya. Namun ternyata keberuntungan kembali didapatnya.
            Bukan.
Chika tersenyum membaca balasan Reno yang super singkat.Ia tak pantang menyerah untuk terus mendekati Reno
            Kalau bukan Rasti km sp ?
            Km dpt nomorku dr sp ? balas Reno
            Aku dapet dari Rasti sendiri, mungkin dia salah bicara ato aku yg slah nyatat. Km sp ?
Chika tersenyum sendiri membaca ketikan sms nya, Ia berbohongan tentang semua itu
            Reno, km ?
            Chika, km sekolah dmn ?
Tak disangka sms sms dari Chika terus di balas oleh Reno, mereka kemudian bertanya satu sama lain, mulai dari hobi sampai hal hal yang tidak penting.Setiap hari mereka berkirim pesan, hal itu benar benar diluar dugaan Chika, Reno sangat ramah dan perhatian terhadapnya. Tak jarang Reno  terus menggoda Chika dengan puisi yang romantis. Mereka juga sering berpapasan ketika di sekolah dan saling bertukar senyum.  Chika benar benar tak tahan dengan manisnya senyum Reno.
6 Februari tiba hari itu sangat spesial bagi Chika, hari dimana ia dilahirkan. Ia sangat berharap Reno tau ultahnya. Namun sampai lama berganti pagi tak ada sms ucapan selamat ultah dari Reno.
Ni anak kenapa sms nya gak ucapin aku ultah ya ?? Chika yang merasa sebal tidak membalas sms dari Reno.
******
            Ternyata benar sampai seminggu berlalu Reno tak pernah sekalipun membahas hari lahir Chika.
            Nanti pulang sekolah ketemu yuk !
Chika membaca sms dari Reno saat istirahat. Ia sampai loncat loncat karena senang. Ini pertemuan pertamanya dengannya. Buru buru ia membalas pesan dari Reno itu, ia takut Reno akan berubah pikiran.
            OK.
            Chika sebenarnya sudah tidak konsen dengan pelaajaran setelah sms dari Reno tadi. Pikirannya terus melayang memikirkan pertemuan pertamanya. Ia merahasiakan janjiannya dengan Reno dari teman teman nya. Chika takut teman teman nya akan mmbuat gaduh saat ia bertemu Reno. Bel pulang telah berbunyi, hati Chika tak karuan rasanya.
            ‘’Ayuk Chik ke parkiran’’ Rasti yang tidak mengetahui janjian  tenatang janjian Chika dengan Reno mengajak Chika untuk bareng ke parkiran.
            ‘’Nggak Ras, kamu duluan aja. Aku masih mau makai wi-fi disini’’ ucap Rasti yang menetupi perihal janjian nya dengan Reno. Rasti kemudian pamit dan keluar kelas. Tinggalah Chika sendirian di kelas. Ia lalu bergegas keluar kelas.
            Sekolah sudah sepi, Chika berjalan cepat menuju tempat janjiannya dengan Reno, di dekat tangga sekolah. Ternyata Reno sudah ada di sana. Chika tersenyum menutupi kegugupannya.
            ‘’Sudah lama nunggunya ? Maaf ya nunggu sepi’’ kata  Chika
            ‘’Nggak kok, baru aja. Maaf ganggu waktu kamu pulang’’ jawab Reno
            ‘’Nggak kok nggak ngganggu, ada apa ya ngajak ketemu ?’’ tanya Chika yang dari tadi penasarran alasan Reno mengajaknya ketemu. Chika tau Reno saat ini juga sangat malu untuk bertemu dengannya sama seperti perasaannya saat ini.
            ‘’Selamat ulangtahun Chik, Ini kado buat kamu’’ Sebuah kotak yang telah dibungkus rapi keluar dari tas Reno. Chika tak menyangka hal ini akan terjadi padanya. Seorang Reno pujaan hatinya memberika kado ulangtahun untuknya, meski telat selama seminggu lamanya ia sangat mengahrgai kado dari Reno.
            ‘’Makasih banya No, kamu kok repot repot banget beliin kado segala. Tapi kamu tau gak sih kalau dah telat seminggu ??’’ tanya Chika yang sebelumnya kesal karena Reno tak pernah sekalipun mengucapkan selamat padanya.
            ‘’Aku tau kok, aku Cuma pengen jadi terakhir yang ngucapin ke kamu’’  balas Reno
            Reno memang spesial ia mampu membuat Chika dimabuk asmara, tingkahnya yang begitu manis pada Chika membakar api cinta di hati Chika. Chika tak pernah menyangka awal sms iseng nya akan ditanggapi Reno sampai sejauh ini.
            Chika segera membuka kado dari Reno di kamarnya. Kertas kado itu dibukanya pelan pelan agar bisa disimpannya. Sebuah komik Conan yang merupakan hadian dari Reno itupun dipeluknya. Pelukan itu menghantarkan Chika ke alam mimpi.
            Chika terbangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpinya terlihat Reno berjalan meninggalkannya. Bahkan bayang Renno pun tak mau menemai Chika. Ia menangis tersedu sedu dan hanya bisa berharap mimpinya tak akan menjadi kenyataan.
******
            Tak seperti apa yang diharapan Chika. Reno yang biasanya sering menghubunginya, kini bak hilang ditelan bumi. Chika merasa bahwa Reno sengaja menghindari Chika. Setiap mereka tak sengaja berpapasan, Reno selalu membuang muka. Chika pun ragu untuk bertanya alasan Reno berubah seperti itu.  Setiap SMS atau telepon dari Chika tak pernah dibalas oleh Reno. Sampai pada suatu hari, handphone Chika bergetar. Reno menelpon Chika.
‘’Halo Chika’’ Chika yang mendengarkan suara yang amat dirindukannya itupun lega, karena Reno terdengar baik baik saja.
‘’Kamu darimana aja kemarin ? Kenapa dua minggu menghilang” tanya Chika tanpa basa basi.
‘’Maaf aku bikin kamu kepikiran, aku nelepon kamu buat bilang jangan mikirin aku lagi, aku..’’
‘’Stop, maksud kamu apa ? kamu pengen pergi dari aku ?’’ Chikapun terisak karna tak tahan dengan rasa kesalnya.
‘’Bukan begitu Chik, aku cuma pengen kamu fokus sama sekolahmu dulu. Berusaha buat raih cita cita kamu. Aku pengen kita bertemu lagi saat kita berdua sudah benar benar siap.’’ Jelas Reno.
‘’Aku ga mengerti alasan kamu itu. Tapi asal kamu tau, aku punya keinginan buat meraih cita cita itu bareng kamu. Tapi kenapa kamu malah pergi Ren ?’’
“Maaf Chik, menurutku itu yang terbaik untuk kita saat ini. Aku akan menunggu kamu di masa depanku.’’ Reno pun langsung memutus saluran telepon itu.
Chika menangis terisak mendengar keputusan sepihak dari Reno itu. Chika terus berpikir apa maksud Reno yang akan menunggunya di masa depan. Chika pun terus menjaga perasaannya untuk Reno sampai pada akhirnya ia menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Gilang. Ya. Cowok yang selama ini ternyata menaruh perhatian kepada Chika. Gilang yang terus memberikan perhatian pada Chika itu meluluhkan hati Chika.
******
Chika dan Gilang yang berjalan berdua di lorong kelas berbincang dengan asyiknya. Mereka yang sedang istirahat berencana untuk ke kantin mengisi perut yang kosong. Chika bahagia bersama Gilang. Namun diakui separuh hatinya berkata lain. Chika melewati kelas Reno tanpa menoleh sedikitpun. Tiba tiba keluarlah Reno dan teman cowoknya dari kelas itu. Chika masih berharap bahwa Reno akan menyapanya. Namun Nihil. Hanya ekspresi dari Reno yang tak terbaca yang didapat Chika. Gilang yang melihat Reno sgera menggandeng tangan Chika erat. Gilang seolah menunjukkan bahwa Chika tak perlu risau karna ada Gilang bersamanya. Entahlah, Chika dengan perasaan barunya seolah berkata bahwa ia baik baik saja dengan Gilang. Jikalau esok hari Reno datang pun Chika juga tidak akan menyerahkan hatinya semudah itu. Biarlah waktu kan menjawab segala pertanyaaan yang ada di benak Chika selama ini.

-END-

0 komentar:

Posting Komentar

 
Bela Sofiana Lenterawati Blogger Template by Ipietoon Blogger Template