ANTARA
RASAKU
Karya : Bela
Sofiana Lenterawati
Masa liburan telah
berakhir, ini saatnya bagi Dinda meninggalkan kenangannya saat sekolah dasar
dan memulai kehidupannya sebagai seorang siswa SMP. Dinda, gadis berambut
sebahu tersebut adalah satu satunya siswa dari SD nya yang melanjutkan sekolah ke SMPN 1
Trenggalek. Itu yang menjadi alasan kenapa ia tidak bersemangat di hari
pertamanya masuk sekolah.
Terik matahari yang
masuk lewat jendela menyilaukan matanya. Dinda segera menutup wajahnya dengan
selimutnya. Mamanya yang sengaja membukakan selambu kamarnya pun dibuat geleng
geleng kepala atas sikapnya ini.
‘’Dindaaaa, jam segini
kok masih tidur !! Ayo cepetan bangun sayang..’’ teriak mama Dinda dengan
berusaha untuk membuka selimut yang menutupi tubuh Dinda.
‘’Mmm, bentar lagi ma,
5 menit lagi’’ desah Dinda yang matanya masih terpejam.
‘’Gak ada 5 menit
menitan. Hari pertama masuk sekolah kok males-malesan.’’
Dengan tidak sabar
mamanya pun segera menarik Dinda agar bangun dari tidurnya. Dinda yang merasa aktivitas
tidurnya diganggu mamanya sendiri mulai membuka matanya.
‘’Mama apaan sih, aku males masuk sekolah. Soalnya gak ada temen berangkat sekolah. Masak aku harus sepedahan sendirian sampek sekolah sih ma.. Mama anterin aku yaa ?’’ rajuk dinda dengan wajah yang kusut.
‘’Jangan manja sayang,
Mama harus anterin adik kamu ke sekolah dan gak mungkin buat Mama nganterin
kalian berdua bersamaan. Sekolah kalian kan beda jalur. Polsek tempat Ayah
kerja juga beda arah sama sekolah kamu Din.’’
Dinda yang mendengar
alasan yang sebenarnya sudah ia duga akan keluar dari bibir mama pun hanya bisa
pasrah. Ia sadar tak mungkin untuk Mama dan Ayahnya mengantarkan dirinya ke
sekolah. Ayah Dinda adalah seorang polisi sedangkan Mamanya seorang ibu rumah
tangga yang punya kesibukan lebih untuk mengurus adiknya yang masih duduk di
kelas 2 sekolah dasar. Sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara yang semuanya
perempuan ia menyadari bahwa adiknya lebih membutuhkan kasih sayang dari
mamanya. Dinda mungkin saja meminta Kakanya untuk mengantarkannya, namun itu
tak akan dilakukannya. Kakanya yang sudah SMA mempunyai jadwal pulang yang
lebih sore darinya, selain itu ia tahu Kakanya tak akan mau untuk
mengantarkannya ke sekolah.
‘’Mama kok gitu
sih...’’ rengek Dinda dipelukan Mamanya.
‘’Sudah Din, kan kamu
sudah biasanya sepedahan. Jangan karena nggak ada temen berangkat sekolah kamu
jadi males begini. Sekarang cepetan mandi. Mama siapin sarapannya.’’ Ucap Mama
Dinda yang kemudian keluar dari kamar Dinda.
‘’Ih
Mama...’’
*******
‘’Wah,
bau nasi gorengnya sedap banget nih’’ celoteh Dinda.
Dinda yang sudah berpakaian seragam rapi segera
duduk di meja makan. Disana sudah duduk Ayah Dinda, Kakaknya yang bernama Rasti
dan juga adiknya Kaila.
‘’Iya,
Mama juga sudah siapin bekal buat kamu’’ kata Mama Dinda.
‘’Makasih
ya Ma’’
‘’Duh,
anak Ayah sudah SMP. Sudah siap kan menghadapi masa SMP ?’’ tanya Ayah Dinda.
‘’Ya
begitulah Yah, Dinda sedih aja soalnya nggak ada temen SD ku yang satu sekolah
sama aku’’ jawab Dinda.
‘’Di
sekolah kamu yang baru itu kamu bakalan dapat temen baru yang lebih banyak dari
temen SD kamu, jadi nggak usah kawatir deh Din’’ sahut Kak Rasti dengan kedipan
matanya.
*******
Jarak
rumah dan sekolah baru Dinda bisa dikatakan lumayan jauh. Ia harus mengkayuh
sepedahnya selama setengah jam agar sampai di sekolahnya, SMPN 1 Trenggalek.
Sekolah Dinda termasuk sekolah favorit di kotanya. Ia menikmati udara dan
pemandangan sekitar jalan menuju sekolahnya. Pukul 06.45 ia sampai di
sekolahnya. Sekolah sudah mulai dipenuhi siswa-siswa. Banyak dari mereka yang
masih mengenakan seragam SD seperti dirinya. Ia lalu memarkir sepedahnya di
tempat parkir siswa. Dinda yang masih baru mengenal sekolahnya itu celingak
celinguk mencari papan pengumuman pembagian kelas. Dari kejauhan ia melihat
tempat yang sedang dikerumuni banyak siswa baru. Dinda pun segera bergegas
menuju tempat tersebut.
‘’Duh
rame banget sih, mana keringatan gini. Jadi tambah panas deh’’ bisik Dinda
dalam hatinya sambil mengusap peluh yang menetes dari dahi. Dinda yang berpostur
tinggi krempeng itu dengan mudah menyelusup ke depan papan pengumunan. Banyak
dari anak lain yang sudah menemukan kelasnya. Matanya mencari cari namanya dari
atas ke bawah, dari samping kanan sampai samping kiri.
‘’Acha,
Dino, Reina... Mana nih nama aku kok gak ada’’ ucapnya pelan sambil terus
menelusuri papan pengumuman tersebut. Ada 9 kelas di angkatan Dinda, setiap
kelas diisi oleh 30 siswa.
‘’Dinda
Absisca Bramantya, wih ketemu.. kelas VII G’’ teriak Dinda tanpa sadar.Dinda
kemudian keluar dari kerumunan tersebut dan mulai mencari kelas VII G.
‘’Semoga temen temen
sekelasku anak yang asik asik’’ doanya dalam hati. Dinda yang telah menemukan
kelasnya langsung masuk dan duduk di bangku terdepan. Sudah banyak siswa yang
masuk kelas. Ia mencoba mengamati teman teman barunya. Dinda memberikan senyum
terbaiknya kepada setiap muka yang ia temui di kelas.
‘’Emm,
hai. Boleh aku duduk disini ?’’ tanya salah seorang siswa perempuan berkucir
kuda kepadanya.
‘’Boleh,
dengan senang hati. Kenalin aku Dinda Absisca Bramantya. Biasa dipanggil
Dinda’’ Dinda kemudian mengulurkan tangannya. Gadis tersebut lalu menjabat
tangan Dinda dan mengenalkan dirinya.
‘’Ferasetyana
Waradewi biasa dipanggil Ana’’ Ana kemudian terseneyum dan Dinda pun tak luput
membalas senyum itu.
‘’Duh
mau ngomong apa lagi yaaa ? Nggak tau nih mau tanya apa’’ ucapa Dinda dalam
hati. Dinda dan Ana yang sama sama bingung mau berkata apa kemudian hanya diam
dan saling menatap buku kosong yang ada dimeja.
Tett.... Tett.. Tett...
Bel
masuk telah berbunyi. Siswa-Siswa baik siswa baru maupun siswa kelas VIII dan
IX disuruh keluar kelas untuk melaksanakan apel. Untung saja Bapak kepala
sekolah tidak berlama lama untuk menyampaikan pesan pesan. Segera setelah itu
siswa siwa kembali kedalam kelas dan bagi siswa baru mereka harus mengikuti
acara MOS selama 3 hari kedepan.MOS adalah saat dimana kakak kelas, biasanya
OSIS memberikan pengenalan kepada siswa baru tentang sekolah mereka. MOS kerap
kali dijadikan ajang perponcloan untuk siswa baru. Namun di sekolah baru Dinda
ini, perponcloan sudah lama tidak diberlakukan.
‘’Selamat
pagi adik adik, gimana ? liburannya asik ?’’ sapa Kakak OSIS yang membimbing
kelas VII G. Banyak dari siswa yang kemudian menjawab sapaan dari Kakak yang bernama
Tiara itu. Tiara kemudian menceritakan tentang agenda MOS untuk hari ini. Dinda
yang keringatnya terus mengucur akibat apel tadi tidak begitu memperhatikan Tiara.
Ia sibuk mengipasi wajahnya dengan bukunya. Tiba-tiba siswa siswa yang tadinya
diam mulai berbisik bisik dan Ana teman sebangkunya bahkan menyikut Dinda agar
Dinda ikut melihatnya.
‘’Hai
adik adik semua, perkenalkan saya Andika. Saya dan Kak Tiara yang akan menjadi
pendamping kelas kalian.’’
Suara berat yang
terdengar asing itu menarik perhatian Dinda. Ia lalu mengangkat kepalanya untuk
melihat sosok yang menjadi empu suara. Bagaikan terbang ke awan, Dinda
merasakan jantungnya berdegup kencang dan matanya tak berkedip sedetikpun. Sosok
kakak kelas yang menurutnya sama seperti novel novel yang pernah dibacanya.
Cowok dengan postur tinggi tegap dan senyum manis yang melekat di wajahnya
mampu membuat setiap cewek terpesona. Ditambah tubuh yang atletis serta jambul
di rambutnya melengkapi keindahan yang ada pada Andika.
‘’Duh, ganteng banget
sih..’’ suara suara tersebut kemudian terdengar di setiap penjuru kelas, siswa
siswa perempuan seperti terhipnotis akan pesona Andika. Begitu juga dengan
Dinda.
Seakan
menyadari keadaan penuh tatapan kagum yang tertuju padanya, Andika pun segera mengalihkan
perhatian adik adik kelasnya pada dunia yang sebenarnya. Ia dan Tiara
mengadakan game. Untuk mempercepat proses pengenalan, permaian yang dilakukan
adalah menyebut nama dari siswa yang duduk paling belakang kemudian berlanjut
ke siswa yang ada disebelahnya begitu juga seterusnya sampai siswa yang berada
paling depan yaitu Dinda.
‘’Duh,
kesalahan nih duduk paling depan’’ gerutu Dinda.
‘’Kita
pasti bisa kok Din !’’ Ana pun menyemangati Dinda yang kelihatan tak berdaya.
‘’Sudah
paham kan adik adik permainannya ?’’ tanya Andika dengan gayanya yang masih
saja keren.
Seluruh siswa pun dengan kompak menjawab “Sudah !!’’
‘’Kita
mulai ya ? Siap ? 3,2,1 Go !’’ teriak Tiara bersemangat.
‘’Yuki” Siswa paling belakang dengan segera
meneriakkan namanya.
“Yuki,
Vino’’
‘’Yuki,
Vino, Joko’’
‘’Yuki,Vino,
Joko, Hana’’
Wajah-wajah
lega anak anak yang sudah menyelesaikan misinya berbanding terbalik dengan
ketegangan yang dirasakan Dinda. Ia tak kuasa mengingat nama nama 29 teman
lainnya.
‘’Yuki,
Vino, Joko, Hana, Astrid, Gladiol, Karin, Doni, Andra, Sigit, Vina, Nina,
Lolita, Bram, Yuli, Pris Pris.. Pris siapa ya’’ Siswa itu gagal menyebutkan
nama temannya. Ia pun harus maju untuk menerima hukuman. Permainan pun
dilanjutkan. Alhasil 5 diantara 30 siswa ada didepan kelas untuk menerima
hukuman. Dinda pastilah termasuk dalam 5 siswa tersebut. Mereka dihukum
menyanyikan lagu balonku ada lima yang setiap huruf vokalnya diganti dengan O.
Semua siswa pun tertawa bersama.
*******
Dinda
berjalan ogah ogahan menuju parkiran. Pikirannya terus melayang pada Kakak kelasnya.
Andika. Saat ia mulai meninggalkan parkiran sekolah, matanya menemukan sosok
yang berada di pikirannya saat ini. Andika duduk di sepedahnya di depan gerbang
sekolah.
‘’Nyapa
gak nyapa enggak nyapa enggak’’ Batin Dinda terus menerus bergulat bahwa
sebaiknya ia menyapa Kak Andika atau tidak. Tapi kalau Dinda tidak memanfaatkan
kesempatan ini, kapan lagi ia ketemu dengan Kak Andika ? Mungkin saja besok
pendamping kelasnya bukan orang yang sama. Tapi dengan nyali Dinda yang ciut,
alhasil ia tak berani menyapa dan hanya menundukkan kepalanya.
‘’Dinda
??’’
Dinda
terkejut. Ada yang memanggilnya. Ia menengok pada Kak Andika.
“Apakah Kak Andika
memanggilku ? Mimpikah aku ?” batin Dinda.
“Sssaaa
saya kak ?’’ tanya Dinda dengan terbata bata.
“Iya.
Dinda kan nama kamu ? Kalau bukan berarti aku salah inget nama tadi’’ Andika
pun menjawab dengan ragu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
‘’Iii
Iya kak. Ada apa ya ?’’ Dinda merasa melayang. Ia tak menyangka Kak Andika
hafal dengannya. Dinda pun lagu mendekat ke arah Andika.
‘’Enggak
ada apa apa, tadi kamu lucu aja waktu nyayi. Ngomong-ngomong rumah kamu mana
?’’ tanya Andika antusias.
Saat Dinda mau menjawab pertanyaan Andika, tiba tiba
seseorang memanggil Andika.
‘’Kak
Dik !!’’ Seorang siswa laki laki yang juga berseragam SD sama seperti Dinda
mengayuh sepeda menuju arah Andika dan Dinda.
‘’Lama
banget sih, ditungguin dari tadi’’ omel Andika dengan muka yang dibuat seakan
akan dia marah.
‘’Hmm,
ya maaf. Tadi jajan dulu di kantin. Eh, ngomong ngomong dia siapa ?’’ tanya
anak itu pada Andika.
‘’Kenalin
dia Dinda, dia itu seangkatan sama kamu. Dinda ada di kelas VII G yang
kebetulan tadi aku yang ngedampingin.’’ Jelas Andika pada anak itu.
‘’Dani.
Aku kelas VII E.’’ Ucap anak tersebut sambil terus memandang wajah Dinda. Dinda
meras risi atas perlakukan anak itu padanya.
‘’Dinda’’
ucap Dinda dengan nada yang lembut.
‘’Kalau
gitu aku pamit pulang duluan ya Kak, Duluan Dan.’’ Pamit Dinda.
*******
Hujan
deras mengguyur Trenggalek malam ini. Dinda sudah bersiap untuk tidur. Namun ia
sulit untuk memejamkan matanya. Ia terus teringat sosok Andika yang sungguh
menguras pikirannya. Sebuah pesan masuk membuyarkan lamunannya.
Drrtttt.. Drttt...
Slmt mlm Dinda.. G pa ?
“Nomor siapa ya
ini ? Apa mungkin nomor teman sekelasku tadi ?’’ tanya Dinda pada dirinya
sendiri.
‘’Oh iya tadi kan sepat
tukar tukaran nomor telepon satu kelas.” Dinda lalu membalas pesan tersebut.
Slmt
mlm jg. Ini mw tdr. Btw, ini no sp y ?
Drrtt.. Drrttt.. Dinda segera membuka pesan
tersebut.
Dani. Yg td ketemu di gerbang
Dinda terkejut. Ia kaget bagaimana Dani bisa tau
nomernya. Ia sebetulnya mengharapkan Kak Andika yang menghubunginya. Karena tak
tertarik dengan pesan itu, ia pun tidak membalas pesan dari Dani. Dinda memilih
untuk segera tidur agar bermimpi seorang Andika.
********
Masa MOS telah berakhir.
Kini Dinda sudah sepenuhnya menjadi seorang siswi SMP. Hari harinya kini telah
berubah. Dengan datangnya Andika mebuat Dinda bertambah semangat untuk ke
sekolah. Ia bahagia sekedar untuk melihat wajah manis itu.
‘’Eh tau nggak, kemarin
aku liat Kak Andika pulang bareng sama anak laki laki kelas VII’’ cerita Yuki
teman sekelas Dinda saat istirahat berlangsung. Dinda yang mendengar nama
Andika disebut tertarik dengan topik itu, Dinda pun mendekat ke gerombolan
cewek cewek yang tengah asyik bergosip.
‘’Dani anak VII E kan ?
Ada yang bilang mereka sepupuan dan rumah mereka deket begitu lho’’ jawab Asih
dengan semangat gosip yang menggebu.
‘’Masak sih ? Kok gak
ada mirip miripnya ?’’ tanya Dinda dengan suara yang super keras saking
kagetnya. Ia tak menyangka Dani adalah sepupu idolanya. Dan akhir akhir ini ia
dan Dani semakin dekat karena Dani selalu sms Dinda.
‘’Duh Dinda, jangan
keras keras dongg... Kan cuma sepupuan gitu loh. Beda bapak sama ibu gitu’’
jelas Asih yang juga mengagumi Andika.
Dinda tak habis pikir.
Bagaimana bisa ia tak curiga sejak awal saat ia pertama kali ketemu Kak Andika
dan Dani di gerbang waktu itu ? Dinda tak pernah menyangka mereka ada hubungan
darah meski hanya sepupu. Waktu itu mungkin otaknya hanya terjejali tentang
Andika dan Andika....
*******
Dinda
mengkayuh sepedahnya sekuat tenaga. Matahari seakan tepat di atas kepala. Ia
menggerutu dalam hati menyalahkan keadaan saat ini. Dinda mulai membayangkan
meminum es krim saat ini. Seseorang tiba tiba berjejer di sampingnya.
“Eh
Kak Dika. Ngagetin aja” ucap Dinda malu malu.
‘’Kamu
sih ngelamun aja, entar cantiknya ilang lho’’ goda Kak Dika dengan tatapan misterius
ke arah Dinda. Dinda yang merasa ada yang aneh dengan tatapan itu dibuat salah
tingkah olehnya.
‘’Cantikan
juga Kak Dika.’’ Jawab Dinda asal. Ia lalu menggerutu dalam hati mengapa ia
bisa sebodoh ini.
‘’Masak
sih ? Aku cantik yaa ? Baru kamu yang bilang aku cantik.’’
Dinda pun hanya bisa tertawa canggung. Untung saja
Kak Andika bukan tipe pemarah. Dinda dan Andika pun asyik mengobrol sepanjang
jalan.
‘’Eh,
aku belok gang duluan depan situ. Rumah kamu masih jauh ?’’ tanya Andika
“Oh,
rumah Kakak belok situ ya ? Kalau rumah aku Jatiprahu Kak. Sudah lumayan deket
sih dari sini’’ jawab Dinda yang sebenarnya tidak mau pisah dengan Andika
‘’Kapan-Kapan
boleh ya aku main ke rumahmu ? Eh, kamu tau Dani kan ? rumah Dani pas sebelah
kanan rumah aku. Main main deh ke rumahku kalo main ke rumah Dani.’’ Ucap
Andika dengan nada yang menggoda.
‘’Kakak
apaan sih, sudah aku duluan ya ?’’ pamit Dinda ditambah lambain tangan kepada
Andika.
*******
Hari demi hari berlalu,
bulan pun berganti. Tidak terasa sudah 3 bulan Dinda menjadi siswa SMP. Hari
harinya indah, teman temannya membuat ia betah di masa smp ini. Tapi tidak
sesuai dengan harapannya yang berharap ia semakin dekat dengan Andika, justru
ia tidak menyangka ia tambah dekat
dengan Dani, sepupu Andika. Hubungannya dengan Andika hanya jalan ditempat,
sekedar bertegur sapa. Sebenarnya Dinda mendengar gosip gosip bahwa Andika
menyukainya. Tapi Dinda berusaha untuk tidak mempercayainya, karena pada
kenyataannya Andika tak pernah mengirim pesan ataupun mengajaknya bertemu seperti
yang dilakukan Dani saat ini. Dani mengajak Dinda bertemu di depan laboratorium
fisika saat istirahat.
‘’Kok nglamun sih Din
?’’ tanya Dani yang menyadari Dinda sejak tadi tidak mendengarkannya bercerita.
‘’Enggak kok, Cuma lagi
ngantuk aja’’ jawab Dinda asal.
‘’Oh gitu, kemarin aku
main basket sama Kak Andika. Trus dia tanya tentang kabar kamu.’’ Pancing Dani.
Dani tau, sebenarnya Dinda dan Andika saling suka. Tapi karena Andika tak
pernah mengakui kalau ia ada hati pada Dinda, Dani lah yang akhirnya berjuang
untuk mendapatkan Dinda meski dengan susah payah. Ia tau Dinda hanya tertarik
dengan obrolan seputar Andika.
‘’Apa ? Kak Andika
tanya kabar aku ? emm.. trus trus gimana ?’’ tanya Dinda bersemangat. Seperti
yang Dani duga, apapun tentang Andika selalu membuat Dinda tertarik.
**********
Dinda
semakin dekat saja dengan Dani. Hari harinya dilalui dengan Dani. Ia mulai
nyaman mengobrol dengannya. Ia akui Dani bisa mengisi kekosongan hatinya dengan
cara yang sungguh membuat Dinda semakin merasa bersalah. Ia tak menyangka, awal
kedekatannya dengan Dani hanya karena ia ingin mencari informasi lebih tentang
Andika. Malam ini seperti malam biasanya. Ia asyik sms an dengan Dani.
Drrttt..Drtt.. Ia membuka pesan Dani. Malam ini
mereka membahas tentang Basket. Olahraga kesukaan Dani dan Andika. Namun tiba
tiba, Dani mengirimkan sms yang membuatnya berpikir keras.
Bunga
yang layu kini mekar kembali
Engkaulah
hujan di jiwa yang kering keronta
Air itu
menumbuhkan segala rindu yang ada
Menyejukkan
hati yang teronta
Engkaulah
Dinda ku..
Maukah kau menjadi pacarku ?
Tanpa disangka sangka, setelah berpikir lama.
Akhirnya Dinda membalas cinta Dani. Entah apa yang terjadi. Dinda kemudian
hanya termenung memikirkan perasaannya saat ini.
*******
Hari
ini hari minggu. Dinda duduk di ruang keluarga bersama keluarganya menikmati
acara kartun yang ditayangkan. Sudah seminggu ini ia dan Dani berpacaran.
Berpacaran dengan Dani tidak terlalu mengubah hidupnya. Hatinya masih sama
seperti yang dulu. Milik Andika seorang. Meski Dani adalah pacar pertamanya.
Dinda tidak merasakan getar getar yang Ia raskan pada Andika. Lagipula ia masih
diam diam berpacaran. Orang tuanya belum mengijinkan ia pacaran. Ia juga belum
bertemu Andika seminggu ini. Dinda sempat berpikir bagaimana respon Andika atas
hubungan ini.
Tok
Tok Tok... “Assalamualaikum’’ sebuah suara yang Dinda kenal mengucap salam.
Dinda kenal suara itu adalah suara Dani. Tapi Dinda juga ragu apakah itu Dani
atau bukan, karena kemarin kemarin Dani tidak cerita kalau mau main kerumahnya.
“Waalaikumsalam’’
sontak seluruh keluarga menjawab salam.
Ayah
Dinda pergi untuk membukakan pintu. Kemudian ia kembali dan memanggil Dinda.
“Ada
temanmu Din. Dani namanya” ucap Ayah Dinda
Dinda pun keluar ke ruang tamu. Dilihatnya disana
bukan hanya ada seorang Dani. Tapi ada dua orang yang duduk manis disana.
Andika duduk disamping Dani dan tersenyum pada Dinda. Senyum yang manis sama
seperti biasanya.
“Eh,
kok nggak bilang bilang kalo mau main ?’’ tanya Dinda dengan suara bergetar.
“Maaf
Din, aku mau mengembalikan bukumu yang aku pinjem kemarin. Sekalian mau tau
rumahmu dimana. Nggak apa apa kan ?’’ jawab Dani yang kemudian menaruh buku
yang dibawanya dimeja.
“Kamu
nggak duduk Din ?’’ Andika yang sedari tadi diam mengeluarkan suaranya. Dinda
tak sadar ia terus berdiri mematung. Dinda pun tersenyum lantas duduk.
‘’Aku
kan udah bilang ke kamu kalau kapan kapan aku main kerumahmu ? Jadi waktu Dani
mau kerumahmu aku ikut aja. Sekalian biar tau rumahmu Din.“ ucap Andika.
‘’Oh
iya. Maaf’’ ketika suara itu keluar setetes air mata pun juga mengalir lembut
di pipi Dinda. Ia teringat percakapan percakapannya dengan Andika dulu.
‘’Kamu
kenapa Din ? Lagi sakit atau kenapa ?’’ tanya Dani kawatir. Terlihat Dani dan
Andika begitu kawatir dengan keadaan Dinda.
‘’Enggak
apa apa. Makasih ya sudah main. Aku emang agak nggak enak badan aja.”jawab
Dinda bohong. Ia sudah tak tahan untuk melihat semua ini. Orang yang ia suka
main kerumahnya bukan sebagai pacarnya tapi hanya sebagai sepupu pacarnya.
‘’Oh
ya udah aku pamit ya, salam buat Ayah dan Mama mu Din’’ ijin Dani pulang karena
ia merasa ada yang aneh dengan Dinda. Sebelum meraka pergi Andika masih sempat
sempatnya tersenyum kepada Dinda. Senyum itu semakin membuat Dinda sakit.
Setelah kepergian Dani dan Andika, Dinda berlari ke kamar. Ia menangis sejadi
jadinya. Ia benar benar tak menyangka Andika datang ke rumahnya sebagai orang
asing.
‘’Kenapa aku bisa
sejahat ini sama Dani ? aku aku tau aku gak bisa lupain Andika. Tapi kenapa
hati kecilku merasa Andika suka sama aku ? Tapi kenapa dia tidak pernah mencoba
mendekatiku ?’’ Dinda menangis sejadi jadinya. Orang tua nya yang sedari tadi
mengetuk kamarnya untuk menanyakan keadaannya tidak digubrisnya. Segera mungkin
Dinda mengambil HP nya.
Bunga yang mekar kini berubah layu
Aku
bukanlah hujan di jiwamu yang kering keronta
Aku menumbangkan
segala rindu yang ada
Melilit
hati yang teronta
Memutuskan jembatan yang terpampang nyata
Akulah
Dinda Absisca Bramantya..
Maafkan Dinda yang memutuskan hubungan kita
sampai disini
Dinda mengetik kata
kata balasan dari puisi Dani untuknya waktu itu. Tak butuh waktu yang banyak,
Dinda segera mengirimnya ke nomor Dani.
-END-
0 komentar:
Posting Komentar